Konsonan dan Disonan

Pada harmoni, konsep dari konsonan dan disonan biasanya berkenaan dengan stabilitas dari hubungan antara nada-nada, yaitu interval dan akor. Stabilitas ini biasanya dimaknai sebagai “halus”, “harmonis”, atau “konsonan”, jika hubungan itu “tenang” atau
“agreeable” atau “kasar”, “discordant” atau “disonan”, ketika hubungan tersebut membuat “tidak menyenangkan” atau “disagreeable”. Hal ini dapat saja karena pendapat secara subjektiv dapat sangat bervariasi tergantung dari masing-masing individu bahkan juga dapat karena kultur dan jaman.

Musik Eropa Barat, berbeda dengan kultur Timur, memiliki konsep dasar stabilitas dari norma harmonic natural atau overtone series yang dihasilkan dari getaran dawai atau udara. Tekanan ini dari aspek harmonic yang tidak didapatkan dengan tingkat yang sama dalam kultur Timur yang berorientasi pada melodi. Perasaan pada konsonan, konkordans atau persetujuan didapat dari enam nada terendah dari overtone series yang menghasilkan suatu triad mayor.
 
Nada-nada ini menghasilkan interval oktav (P8), Kuint murni (P5), Kuart murni (P4), Terts mayor (M3) dan Terts minor (m3). Interval oktav, kuint dan kuart pada abad pertengahan disebut sebagai konsonan, dan interval terts disebut disonan. Akan tetapi setelah tahun 1450, terjadi perkembangan terhadap harmoni terts.

0 Responses